Cara Menjadi muslim taat di Era Digital
.png)
Saat ini kita hidup di zaman yang serba cepat dalam mendapatkan informasi dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Setelah bangun tidur misalnya, membuka HP. Sedang makan, melakukan scroll TikTok. Sebelum tidur, cek IG story dulu gak sih. Seakan-akan hidup udah kayak nggak bisa jauh dari media sosial.
Tapi pernah nggak sih kamu berpikir, di tengah kemudahan yang dapat dilakukan dari dunia digital ini, bagaimana caranya agar kita tetap menjadi Muslim yang taat? Yang nggak hanya Islam di KTP atau bio IG aja, tapi juga terasa di hati, perilaku, dan sikap kita.
Banyak Informasi, Tapi Minim Filter
Dengan kemudahan akses digital sekarang ini ya, scroll dikit kita udah bisa melihat langsung hal-hal yang bikin iman goyah. Konten yang auratnya tidak sesuai dengan syariat, sikap flexing yang enggak ada habis-habisnya, bahkan sampai orang yang berdebat tentang agama yang hanya main adu argumen aja.
Kadang kita juga nggak sadar, udah masuk ke jebakan paling halus seperti: riya versi digital. Pamer sedekah, pamer ibadah, semua diposting. Padahal yang paling penting itu hubungan kita sama Allah, bukan validasi yang didapatkan dari jumlah like, view dan followers.
Padahal Islam menganjurkan dalam beramal itu tenang, diam-diam tapi berdampak besar dalam hidup.
Media Sosial Bisa Jadi Ladang Pahala, Kalau...
Kalau dipakai dengan betul, media sosial bisa menjadi tempat untuk menyebar kebaikan. Tinggal pilih aja mau jadi penebar cahaya atau penambah kebisingan?
Caranya?
Dari banyaknya akun kontent kreator, kita tentunya sudah dapat merasakan mana akun tersebut yang dapat membuat kita lebih berkembang secara pola pikir dan tingkah laku. Jika kita sudah dapat membedakan mana akun yang mendatangkan manfaat atau justru malah mendatangkan maksiat, kemudian follow akun-akun yang bikin kamu makin dekat sama Allah, dan unfollow yang bikin overthinking dan insecure dalam menjalani hidup.
Jangan Cuma Islam di Bio
Kamu boleh banget kok untuk menulis dengan embel-embel “Muslim” apapun bentuknya di bio kamu. Tapi lebih alangkah lebih pentingnya lagi, Islam itu akan lebih terasa dari akhlak kita, bukan hanya kata-kata yang kita tuliskan.
Coba kita tanyakan pada diri kita:
Apakah kita udah menjaga jari saat mengetik komentar atau membalas komentar orang lain?
Apakah aku gampang untuk menjudge orang lain yang berbeda pandangan?
Apakah aku masih dapat bersabar ketika diberikan kritik oleh orang?
Kita semua sedang dalam belajar dan tidak akan ada masa hentinya. Tapi jangan sampai, apalagi yang sangat suka berdakwah untuk menasehati orang lain, justru mendijadikannya untuk alat menghakimi orang lain, yang seharusnya mengajak. Niat yang baik baik harus disampaikan dan dilakukan dengan cara yang baik pula.
Yang pentingkan sudah menyampaikan yang baik, eitttssss "Membandingkan 2 hal yang buruk tidak akan membuat salahsatunya menjadi tampak baik"
Islam Itu Adem, Bukan Seram
Banyak dari alasan orang yang membautnya menjadi takut untuk beragama adalah cara penyampaiannya. Tidak hanya dilihat dari Tokoh Agamanya, melainkan juga dari orang yang menganut ajaran agama tersebut. Ketika menyampaikan sesuatu hal misalnya dianggap terlalu keras, terlalu menghakimi, kadang malah bikin takut. Islam itu indah dan penuh kasih, maka sampaikanlah dengan kalimat yang indah ketika didengarkan orang lain.
Coba aja kalau kita menyampaikan dakwah dengan gaya yang ringan dan tidak menggurui. Pastinya orang-orang yang mendengarkannya akan merasa dirangkul dan diajak, bukan merasa dipukul dan dipijak dengan kata-kata yang kurang dapat diterima.
Zaman boleh canggih, dunia boleh makin digital, tapi hubungan kita sama Allah harus tetap nyata. Boleh eksis di medsos, tapi jangan sampai Allah “nggak follow back” kita, karena kita nggak pernah menyapa Allah melalui doa/shalat.
_____
Semoga Bermanfaat
Posting Komentar untuk "Cara Menjadi muslim taat di Era Digital"